Ledakan bom atom. ilustrasi.
BERITA TERKINI, WASHINGTON -- Bom atom yang pernah dijatuhkan Amerika Serikat ke Jepang ternyata sempat mengancam Rusia dan Cina. Sebuah laporan sangat rahasia mengungkap AS pernah membuat rencana militer yang akan menjatuhkan bom atom ke Rusia dan Cina. Bom itu akan dijatuhkan jika salah satunya menyerang AS tanpa peduli mereka menggunakan senjata konvensional.
Dokumen itu dipublikasikan Kamis (13/12) oleh Arsip Keamanan Nasional yang berbasis di Washington. Pada 1968, AS memiliki protokol yang melibatkan serangan penuh dengan bom nuklir terhadap dua kekuatan ketika itu. Serangan itu akan dilakukan terlepas dari fakta apakah yang menyerang itu sengaja datang dengan senjata konvensional atau hanya kecelakaan.
Seperti diberitakan PressTV, kebijakan itu tetap berlaku menjelang akhir 1960-an, hingga akhirnya Presiden Lyndon Johnson memerintahkan untuk mengevaluasi kebijakan tersebut agar reaksinya lebih terukur untuk mencegah bencana bom atom selama konfrontasi dalam perang dingin.
Informasi terbaru yang didokumentasikan dalam pertemuan pada Oktober 1968 antara Presiden Johnson dan tim keamanan nasional, merevisi protokol tersebut untuk mengurangi kemungkinan konfrontasi nuklir. Penasehat Johnson merekomendasikan dua poin revisi dalam kebijakan tersebut.
Pertama, mereka menilai respon dengan nuklir hanya ditujukan kepada negara yang menarget AS. Kedua, serangan nuklir tidak menjadi pilihan pertama dan mengarahkan serangan konvensional menyerang senjata konvensional.
Rekaman pertemuan yang hanya ditujukan untuk Presiden AS itu dirilis pada akhir November 2012, sembilan tahun setelah permintaan rilis sebelumnya.
Sumber : Republika.online
Dokumen itu dipublikasikan Kamis (13/12) oleh Arsip Keamanan Nasional yang berbasis di Washington. Pada 1968, AS memiliki protokol yang melibatkan serangan penuh dengan bom nuklir terhadap dua kekuatan ketika itu. Serangan itu akan dilakukan terlepas dari fakta apakah yang menyerang itu sengaja datang dengan senjata konvensional atau hanya kecelakaan.
Seperti diberitakan PressTV, kebijakan itu tetap berlaku menjelang akhir 1960-an, hingga akhirnya Presiden Lyndon Johnson memerintahkan untuk mengevaluasi kebijakan tersebut agar reaksinya lebih terukur untuk mencegah bencana bom atom selama konfrontasi dalam perang dingin.
Informasi terbaru yang didokumentasikan dalam pertemuan pada Oktober 1968 antara Presiden Johnson dan tim keamanan nasional, merevisi protokol tersebut untuk mengurangi kemungkinan konfrontasi nuklir. Penasehat Johnson merekomendasikan dua poin revisi dalam kebijakan tersebut.
Pertama, mereka menilai respon dengan nuklir hanya ditujukan kepada negara yang menarget AS. Kedua, serangan nuklir tidak menjadi pilihan pertama dan mengarahkan serangan konvensional menyerang senjata konvensional.
Rekaman pertemuan yang hanya ditujukan untuk Presiden AS itu dirilis pada akhir November 2012, sembilan tahun setelah permintaan rilis sebelumnya.
Sumber : Republika.online