CERITA SEX - Cerita ini dimulai kira-kira tahun 2000 lalu, waktu aku masih sekolah di salah satu sekolah swasta yang lumayan terkenal di Bandung. Waktu itu sekolah kami mengadakan liburan bersama sebelum EBTA/EBTANAS. Tempat yang dituju adalah pulau Dewata, Bali. Tentu saja aku antusias sekali untuk ikut acara itu, selain aku bisa melepas lelah dan stres gara-gara pelajaran, aku juga bisa menikmati pulau Dewata yang katanya indah itu, maklum aku memang belum pernah menginjakkan kaki di sana.
Jeff yang pernah berlibur dengan keluarganya ke sana tetap ikut karena menurutnya kami tidak akan pernah bosan untuk berlibur ke sana. Jeff banyak cerita tentang keindahan objek wisata di sana, termasuk banyaknya "buah-buahan" di sana. Aku dan Alf bingung sendiri, memang apa anehnya buah-buahan di Bali. Tapi mendengar pertanyaan kami, Jeff dan Lex malah ketawa-ketawa sambil meledek kalau kami berdua itu kurang imajinasi.
Lex mulai bercerita kalau Bali adalah salah satu pusat "buah-buahan" terbesar di Asia. Ada banyak "buah-buahan" di sana, dari buah lokal sampai "buah" import. Jeff menambahkan kalau yang paling terkenal di sana adalah "buah-buahan" import, tapi ada juga "buah" lokal yang tidak kalah bersaing dengan "buah-buah" import yang rata-rata lebih besar ukurannya. Aku mulai mengerti, makanya aku mulai nyengir ke arah Jeff dan Lex. (Untuk pembaca yang tidak mengerti, bisa hubungi kami untuk minta penjelasan dan kami akan menjelaskan sedetail-detailnya, hehehehe). Tapi Si Alf masih tetap diam, entah tidak mengerti atau entah pura-pura tidak ngerti. Tapi begitu Lex bilang kalau di sana "buah kelapa" tersebar di mana-mana, Alf langsung ikut-ikutan tertawa sambil membayangkan "buah-buahan" itu tersebar di pantai menunggu dipetik.
"Pletak..." Tiba-tiba penghapus melayang membentur meja, hampir saja kepala Lex jadi sasaran. Kami baru sadar kalau ini masih di kelas, di depan Pak Maman melotot sambil mengacung-ngacungkan penggaris ke arah kami berempat. Kami cuma nyengir sambil menunduk, kami benar-benar lupa kalau ini masih di kelas. Tapi untung saja, Pak Maman tidak terlalu galak, biasanya dia sudah lupa kejadian yang bikin dia jengkel setelah beberapa menit.
Oke, singkatnya kami akhirnya pergi bareng juga ke Bali. Kami berempat memilih bus yang sama biar bisa sepuasnya ngobrol. Kebetulan pengawas di bus kami lumayan "gaul". Jadi kami bisa bebas ngobrol tentang apapun juga, tentu saja sampai hal-hal yang menjurus bahaya juga tidak masalah. Dua-duanya guru cewek yang relatif lebih cantik dibanding guru-guru kami yang lain. Ibu Nina dan Ibu Cindy. Dua-duanya masih lajang dan umurnya tidak terlalu jauh dengan kami, Ibu Nina sekitar 27 tahun sedangkan Ibu Cindy kira-kira 22 tahunan. Tentu saja mereka juga tidak lolos dari kejaran kami-kami berempat, dan tentu saja petualangan itu ada di cerita kami yang lain.
Kembali ke cerita, sekitar sehari kami baru sampai ke hotel. Kebetulan kami menginap di hotel yang lumayan mewah, kalau tidak salah bintang empat atau mungkin lima. Aku tidak begitu jelas, tapi yang jelas ada fasilitas kolam renang sampai mandi sauna, pokoknya semuanya lengkap. Dan tentu saja kami berempat satu kamar, kami memang bisa dibilang cukup akrab and bisa saling berbagi, baik suka atau duka. Sampai-sampai bagi-bagi pacar kami juga tidak masalah, yang penting adil.
Memang sih awalnya kami cukup menikmati pemandangan indah "buah-buahan" di pantai, kebetulan hotel kami dekat dengan pantai Kuta yang memang gudangnya "buah-buahan". Tapi lama-kelamaan bosan juga cuma melihati tanpa melakukan apa-apa, makanya sehari sebelum pulang kami berniat sedikit mencicipi "buah-buahan" import tersebut. Tapi sialnya, aku dan Jeff malah terpisah dari Alf dam Lex. Padahal cuma Lex yang tahu dimana bisa dapat "buah-buahan" import itu dengan harga murah. Aku menyesal juga sih, makanya aku dan Jeff memutuskan kembali ke hotel. Kebetulan udaranya enak sekali, makanya kami jalan sambil melihati pemandangan Bali di malam hari.
Ternyata keberuntungan belum pergi dari kami berdua, di tengah jalan, seorang cewek bule yang kelihatannya bingung menghampiri kami berdua.
"Hai... can you speak English?" dia menyapa kami.
"A little..." aku menjawab.
Terus kami mengobrol, ternyata dia terpisah dari rombongannya. Dia hendak pulang ke hotelnya, tapi malah kesasar sampai ke sini. Aku sebenarnya hendak menolongnya menunjukkan jalan pulang, tapi Jeff menyikutku, dan aku tahu maksudnya. Aku menyewa taksi dan mempersilakannya masuk, Jeff mengatakan pada cewek itu kalau kami akan mengantarnya ke tujuan. Cewek itu kelihatannya senang sekali dan berterima kasih, dia tidak tahu kalau ada maksud tersembunyi di balik kebaikan kami bedua. Hehehe, kapan lagi dapet "buah-buahan" gratis.
"Pak, antar kami ke tempat biasanya orang mangkal," aku berbicara pada sopirnya, tapi sepertinya sopirnya belum mengerti.
"Itu Pak, ke tempat kami bisa begituan," Jeff menambahkan.
Pak sopir itu sepertinya mengerti, dia tertawa kecil, lalu memacu taksinya ke salah satu tempat yang memang terkenal sebagai "tempat gelap". Sampai di sana, aku lihat kanan-kiri, ternyata sepi. Lalu aku ajak cewek bule bernama Angela itu turun. Dia sedikit bingung, karena tempat itu sedikit asing baginya. Tapi Jeff meyakinkannya kalau tempatnya tidak salah, makanya Angela setuju.
Angela sebenarnya tidak terlalu montok banget, mungkin karena usianya yang masih sangat hijau. Baru 15 tahun, tapi dibandingkan produk lokal, "buahnya" memang termasuk lumayan besar, apalagi didukung tubuhnya yang tinggi langsing plus wajahnya yang lumayan cantik dengan rambut pirangnya yang oke banget. Begitu aku lihat ada kesempatan, kukeluarkan pisau lipat yang memang selalu kubawa. Memang sih cuma pajangan doang, soalnya tidak tajam. Tapi aku yakin Angela tidak tahu, soalnya dia langsung ketakutan waktu kutempelkan pisau itu ke lehernya. Jeff kemudian menyuruhnya membuka semua pakaiannya. Tentu saja Angela menolak, tapi begitu kuancam akan kubunuh kalau tidak menurut, dia akhirnya membuka pakaiannya walau sedikit ragu-ragu. Tapi keragu-raguannya itu malah bikin aku makin bernafsu, dibukanya kaos hijau di tubuhnya, dan dadanya yang lumayan oke terlihat di balik remang-remang cahaya lampu yang agak jauh dari tempat itu.
Aku menitipkan pisau lipatku pada Jeff dan mulai membuka bajuku sampai tersisa celana dalamku. Kami setuju kalau aku duluan yang mencicipi Angela dengan catatan, ongkos taksi aku yang bayar. Aku sih setuju saja, makanya tidak menunggu lama lagi, langsung kusiapkan "dedekku" yang mulai melakukan pemanasan ringan. Angela menatapku, seolah mengiba, tapi aku sudah keburu nafsu, makanya kusuruh dia membuka semua pakaiannya. Dia akhirnya menurut juga, dibukanya semua pakaiannya, dan dia berjongkok ketakutan di atas pasir laut.
Aku tidak nunggu lama lagi, langsung kusambar tubuhnya, kutindih tubuhnya di atas pasir, dan mulai menjilati puting susunya. Dadanya kenyal berisi, tapi terlihat dia belum pengalaman, soalnya dia malah ketakutan waktu kujilat putingnya. Kuancam dia sekali lagi, dan akhirnya dia memejamkan matanya, pasrah akan apa yang bakal aku lakukan. Aku mulai buas menjilat putingnya yang semakin mengeras, tapi aku sadar kalau aku harus segera menyelesaikannya. Malam semakin larut, dan aku sama sekali tidak ingin ketahuan kalau aku memperkosa gadis itu. Karena itu aku tidak melanjutkan permainan lidahku, kuambil pisau dari tangan Jeff, lalu kutodongkan ke arah Angela, kusuruh dia mengulum penisku. Angela sepertinya tidak mau, tapi dia tidak bisa apa-apa, dia terlalu takut untuk melawan, dia akhirnya mau juga mengulum penisku, menghisapnya sesekali dan menjilatinya.
Aku masih menodongkan pisauku, takut juga kalau Angela menggigit penisku, bisa berabe nantinya. Karena itu aku tidak mau lama-lama di posisi itu, kutunggingkan tubuh Angela, dan kumasukkan penisku ke vaginanya yang diluar dugaanku, ternyata lumayan basah. Perlahan tapi pasti penisku masuk, tanpa menunggu lama, langsung kukocok vaginanya lumayan cepat. Aku penasaran, ada sesuatu yang menghalangi penisku masuk lebih dalam, karena itu kuhentak dengan kencang. Angela menjerit tertahan, rupanya dia masih perawan. Memang lumayan sempir juga lubang vaginanya, tapi dibandingkan umurnya yang masih 15 tahun, yah termasuk lebar juga lubangnya. Mungkin orang bule memang seperti itu pikirku. Karena itu aku tidak memikirkannya lagi, yang ada di otakku hanya kocok... kocok... kocok... terus.
"Ah... ah... oh... please... stop... ah..." Angela mendesah memohonku untuk berhenti. Tapi aku sudah tanggung, masa aku harus berhenti, tidak mau dong. Aku tidak peduli kata-katanya, kukocok terus vaginanya dan beberapa saat kemudian tubuh Angela mengejang. Aku bingung juga, kupikir cewek yang diperkosa tidak akan merasakan nikmat hingga sampai puncak segala. Aku berhenti sebentar, kubalikkan tubuh Angela yang sudah sangat lemas. Kulihat matanya berair, wajar saja sih cewek menangis kalau diperkosa, tapi ada sesuatu yang lain dari pandangan matanya.
Aku menarik nafasku dalam-dalam, lalu kubuang pikiran yang aneh-aneh itu. Kubuka bibir vaginanya dan kuselipkan penisku di sana, kutekan sedikit, lalu kutarik lagi, lalu kutekan lagi, begitu seterusnya dengan frekuensi lambat. Aku mulai menikmatinya, tapi Jeff menepuk punggungku, sepertinya dia sudah tidak sabar, aku tidak melanjutkan permainan lambat itu, kuhentak kuat-kuat dan kuhujamkan penisku ke vagina Angela. Dia hanya memejamkan mata sambil menangis memandang laut yang hitam karena gelapnya malam. Aku merasakan penisku panas, dan waktu hampir mencapai puncak, kucabut penisku dari vaginanya, dan kupaksakan masuk ke anusnya. Kukocok lagi sebentar, dan cairan putih kental menyembur ke liang anus Angela. Begitu kucabut penisku dari anusnya, maniku mengalir perlahan keluar dari lubang sempit itu. Aku segera membersihkan tubuhku di laut, lalu kukenakan kembali pakaianku. Kulihat Jeff dengan asik menikmati jilatan dan kuluman bibir Angela di penisnya. Sekitar lima menit dia bertahan di posisi itu, tapi kemudian dia tidak tahan lagi, direntangkannya kaki Angela lebar-lebar, dan dihujamkannya penisnya. Gerakannya sedikit liar tapi masih berpola.
Bukan hanya pinggulnya yang bergerak naik-turun, kedua tangan Jeff juga bekerja, diremasnya dada Angela dan sesekali dipelintirnya puting susu Angela. Beberapa saat kemudian Jeff mencabut penisnya dari vagina Angela, disuruhnya Angela mengulum penisnya lagi, dan beberapa saat kemudian Jeff mencapai puncak. Maninya menyembur di mulut Angela, mengalir ke dagu dan lehernya. Jeff kemudian membersihkan tubuhnya di laut. Kulihat Angela duduk di pasir, matanya merah karena menangis, dia menundukkan kepalanya seolah tak percaya apa yang baru saja menimpanya.
Aku jadi iba, kubantu dia memakai pakaiannya, lalu kusewakan taksi untuknya. Kuberikan uang lebih pada sopirnya, kukatakan agar dia merahasiakan aku yang menyewanya. Sopir itu mengangguk, aku tahu kalau orang Bali sangat menghargai kepercayaan orang. Aku percaya dia tidak akan membocorkannya. Aku dan Jeff pulang ke hotel, dan beberapa saat kemudian Alf dan Lex pulang, mereka kelihatan puas dengan apa yang tadi mereka lakukan, tapi aku dan Jeff juga tidak kalah puasnya, kami menceritakan pengalaman kami masing-masing, dan esok paginya kami pulang ke Bandung.
Singkatnya kami sampai ke Bandung, dan dua hari kemudian aku menerima surat, aku terkejut setengah mati waktu kulihat surat itu. Kubaca suratnya, "Hai...it's me Angela. Aku bisa bahasa Indonesia a little, dan I know your address dari dompet you yang tertinggal di taksi. Aku simpan untuk kenang-kenangan. And you should know, malam itu aku sedikit kecewa caramu perlakukan aku, but I'm okay, I'm not angry. Soalnya, sepertinya aku fall in love sama kamu. Ingat aku selalu ya, Angela."
Aku makin kaget, dia mengirimkan SIM, KTP and surat-surat penting lain yang ada di dompetku. Dompetku yang kukira dicopet orang di Bali ternyata ada pada Angela. Untung sekali dia tidak menuntutku di pengadilan, aku benar-benar bersyukur. Sejak saat itu aku berjanji kalau aku tidak akan pernah memperkosa lagi.
Angela kalau kau baca cerita ini, aku cuma ingin katakan kalau sebenarnya aku juga sayang kamu, please hubungi aku, I miss you so much. Maaf kelakuanku malam itu, and kalau kau ijinkan, aku ingin memperbaikinya, hubungi aku dan aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku. Sekali lagi maafkan aku Angela.